Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan, Jumat (1/1/2021) pukul 00.00 24.00 WIB Gunung Merapi mengalami deformasi atau penggembungan permukaan tubuh sebesar 21 cm per hari (rata rata 3 hari). Angka ini meningkat dibanding sehari sebelumnya yang hanya sebesar 18 cm per hari dan beberapa minggu terakhir, sekitar 9 sampai 14 cm/hari. "Laju rata rata deformasi melalui pemantauan electronic distance measurement (EDM) Babadan sebesar 21 cm/hari (dalam 3 hari)," ujar Kepala BPPTKG, Hanik Humaida melalui laporan resminya, Sabtu (2/1/2021).
Sementara itu, kegempaan Gunung Merapi yang terjadi dalam periode Jumat kemarin di antaranya 108 gempa guguran, 1 gempa low frequency, 378 gempa hybrid/fase banyak, 126 gempa vulkanik dangkal, dan 115 gempa hembusan. "Terdengar suara guguran sebanyak 15 kali dari pos pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan dengan intensitas sedang hingga keras. Teramati 1 kali guguran dari Babadan dengan jarak luncur 1,5 km ke arah Kali Lamat pada pukul 15.56 WIB," tambah Hanik. Dilaporkan pula asap berwarna putih, intensitas sedang hingga tebal dengan ketinggian 450 m di atas puncak.
Sebelumnya, Hanik mengungkapkan, meningkatnya deformasi dan seismisitas menandakan adanya aktivitas magma di dalam tubuh Gunung Merapi, yang semakin menuju ke permukaan. Hanik menambahkan, sampai saat ini probabilitas erupsi Gunung Merapi masih tinggi berdasarkan tingginya data seismik dan deformasi yang ada serta morfologi yang ada di puncak. Hingga kini, status aktivitas Gunung Merapi masih ditetapkan dalam tingkat siaga (level III).
"Potensi bahaya saat ini masih sama yakni berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif, dan awan panas sejauh maksimal 5 km," tandasnya.